30 Maret 2010

HypnoParenting



Terapat pergeseran dalam cara berpikir masyarakat Dunia. Perubahan merasuk dalam semua aspek kehidupan dan menjadikan era perubahan ini menjadi era yang lebih penting dibandingkan dengan perubahan yang terjadi di Dunia ini sejak jaman Renaissance di Eropa 600 tahun yang lalu. Dunia masuk dalam sebuah ruang kesadaran baru yaitu sebuah kesadaran akan sebuah sumber daya yang berada dan bersemayam dalam setiap diri manusia. Ada sebuah dunia didalam setiap diri manusia, sebuah kehidupan yang beisi pikiran,perasaan dan daya, dan luar biasanya jika setiap manusia dapat menemukan ini dalam kehidupan maka setiap manusia akan memiliki kekuatan luar biasa mewujudkan apapun yang diinginkannya dalam kehidupan ini. Kata ALLAH” Didalam tubuhmu telah-KU sediakan semua yang kamu butuhkan,” dahsyat luar biasa. Marilah kita mulai menelusuri bagaimana semua itu terbentuk dan terjadi, dimana mualinya dan bagaimana seharusnya itu terjadi. Di manakah titik awal seseorang menemukan kekuatan pikiran,perasaan dan daya itu ? Jawabannya adalah keluarga. Ya, keluarga adalah tempat pertama pembangunan keberhasilan dalam kehidupan. Seorang yang berhasil dalam karir dan kehidupan sosialnya tentu tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga yang telah membentuk karakternya. Sebagai orang tua, kita memiliki peran yang amat penting dalam pembentukan karakter serta kesuksesan anak. Keperibadian terbentuk dari apa yang anak lihat,anak dengar dan anak rasakan. Kabar buruknya apapun yang didengar dan dilihat kalau sudah terjadi maka apapun itu termemori dalam otak dan tidak bisa hilang. Bagaimana kalau yang masuk kedalam sistem kerja otak melalui apa yang dilihat, didengar dan dirasakan adalah hal-hal yang negatif, atau sebagian besar negatif maka sianak akan memiliki kepribadian yang labil. Lalu pertanyaan besar berikutnya adalah apakah bisa memori yang sudah terbentuk dalam sistem kerja otak bisa dihapus atau dihilangkan. Jawbannya tidak bisa, yang dilakukan adalah dengan membuat memori-memori negatif yang telah terjadi dikurangi beban emosi yang melekat didalamnya. Dalam buku ini akan dijelas bagaimana pendekatan HypnoParenting akan dapat membantu mengurangi berbagai muatan netaif yang telah termemori dalam sistem kerja otak putra-putri kita.
Kita mungkin mengenal konsep bahwa kata-kata adalah doa. Setiap perkataan yang kita ucapkan merupakan manifestasi harapan yang, sebagaimana doa, akan dikabulkan oleh Tuhan. Terlebih lagi perkataan orang tua kepada anaknya. Tanpa sadar mungkin kita kerap memanggil atau melabeli anak dengan sebutan “bandel”, “nakal”, “bodoh”, atau panggilan buruk lainnya. Kita tidak sadar bahwa tiap perkataan yang mungkin tidak kita niatkan dapat menjadi kenyataan. Ketika anak terlalu aktif, dengan entengnya kita mengatakan, “dasar anak nakal.” Atau ketika anak tampak sulit memahami instruksi atau suatu mata pelajaran, kita dengan mudahnya mengeluarkan pernyataan semacam, “aduh, kamu kok bodoh sekali sih, begini saja nggak ngerti.”
Otak manusia akan bereaksi terhadap apapun yang didengarnya, terlebih lagi jika suatu perkataan tertentu dialamatkan kepadanya. Otak akan merespon langsung segala ucapan dan memberi reaksi dengan membentuk pola tindakan tertentu. Apa saja yang sering didengar, dilihat, dan dirasakan oleh anak akan membentuk pola perilaku dan keperibadiannya kelak. Anak yang biasa dilecehkan, meskipun hanya dengan perkataan, akan menjadi orang yang rendah diri bahkan asosial. Anak mungkin membentuk benteng pertahanan diri dengan cara menarik diri dari lingkungan sosialnya karena tidak ingin disakiti. Karena itu, sebagai orang tua, kita harus berhati-hati atas segala ucapan, tindakan, bahkan lintasan pikiran. Semua hal tersebut akan tertanam dalam memori anak dan membentuk pola kerja otak dalam pertumbuhan.
HypnoParenting akan memberikan jawaban dengan sangat mudah dan sederhana. Dalam pembahasan berikutnya, anda akan diajak untuk mengenali bagaimana otak bekerja. Setelah mengenali sistem kerja otak maka dengan sangat mudah akan mampu melakukan pemrograman pada sistem kerja otak sehingga kita semua dapat mengendalikan, mengarahkan putra-putri kita menemukan jalan kekhalifahan menuju kesuksesan dan kebahagiaan yang sebenarnya dalam kehidupan.

19 Maret 2010

Reiki menurut Prof. DR. Dr. H.Asdie SpPD KEMD

REIKI menurut ...Prof. DR. Dr. H.Asdie SpPD KEMD
(dari miling sebelah)

Pro kontra apakah Reiki bertentangan dengan Islam atau tidak adalah hal wajar yang muncul ke permukaan kapan pun dan dimana pun. Dikotomi ini tak akan pernah hilang begitu saja. Yang jelas ketika manusia meyakini bahwa semua jalan menuju kebaikan tercipta atas ridho Allah, maka pada titik itu manusia bisa melihat bahwa Reiki tidak bertentangan dengan Islam, mengingat selama ini manfaat Reiki hanya untuk kebaikan.

Pernyataan ini dikemukakan oleh Prof. DR. Dr. H.Asdie SpPD KEMD, guru besar Fakultas Kedokteran UGM yang aktif berdakwah, saat ditemui di rumahnya oleh tim buletin Waskita Reiki di kediamannya di bilangan Ring Road Utara Yogyakarta beberapa waktu lalu. "Bukankah selama ini manfaat Reiki hanya untuk kebaikan semata?" Pak Asdi mengakui jika selama ini masih ada pro dan kontra tentang Islam dan Reiki.

Itu adalah hal yang wajar. Dokter ahli penyakit dalam spesialisasi konsultan endokren metabolik dan diabetes yang juga saat ini menjadi Master Reiki di Yayasan Waskita Reiki mengatakan dengan merujuk Surat Yassin ayat 36 yang isinya, "Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan." Surat Yasin itu jelas menyuratkan bahwa di dunia ini semua hal serba berpasangan . Ada siang ada malam, ada gelap ada terang, ada laki-laki dan ada perempuan, ada pro dan tentu juga ada kotra. "Maka wajar jika masih ada pro kontra tentang metode penyembuhan ala Reiki dengan Islam," jelas Asdi lebih lanjut.

Yang layak dicermati adalah bukannya kita tenggelam ke dalam pro kontra itu sendiri, melainkan mencoba menelusuri kaitan positif antara Islam dan Reiki. Pria kelahiran Sumenep Madura tahun 1941 yang juga terus aktif berdakwah sebagai ustad di Yogjakarta menyatakan bahwa ada empat hal menuju kebaikan yang ada di jalan Allah. Pertama, Surat Muhammad Ayat 7 yang menyatakan bahwa barag siapa membantu Allah maka Allah membantu dan mengukuhkan. Kedua, Berdakwah dengan tujuan utama berdakwah adalah menghilangkan marah, iri, dengki. Dengan demikian orang mendapat ketenangan dalam hidup ini. Ketiga, Pasrah sebagaimana Surat Ali Imron ayat 159 yang mengajak manusia agar berserah diri kepada Allah. Keempat, adalah Sholawat sebagai satu-satunya jalan yang dapat membukakan pintu langit.

Jika satu hal itu saja dijalankan manusia Insya Allah dia akan mendapat kebaikan, ketenangan dan kedamaian di jalan Allah. Menurut Pak Asdi selama ini dalam praktek penyembuhan Reiki menjalankan tiga dari keempat hal di atas juga Bersholawat kepada Rasul Muhamad sebagai pelengkap doa sebelum melakukan penyaluran Reiki. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa, "Penyembuhan massal adalah sebuah hikmah yang dikerjakan Reiki dalam menolong sesama. Di saat beaya pengobatan medis mahal, Reiki membantu sesama yang menderita sakit secara gratis. Bukankah ini berarti Reiki menjadi mitra Allah di bumi ini? Di saat meditasi pun ada tuntunan agar manusia menghilangkan sifat iri dengki dan sakit hati, dendam kesumat berkepanjangan di masa sebelumnya. Dengan menghilangkan sikap buruk itu berarti manusia berdakwah untuk memasuki jalan Allah yang penuh kedamaian."

Selanjutnya sikap pasrah saat menjalankan self healing maupun meditasi (muasabah) membawa manusia untuk selalu berserah diri kepada Allah kapan pun dalam hidup ini. Karena menurut Pak Asdi ini jika dihayati benar-benar tidak ada yang kontra antara Islam dan Reiki. Kendati sudah ada penjelasan bahwa Islam dan Reiki sedikitpun tidak memiliki kontradiksi, namun menurut Prof ini tetap memaklumi bahwa masih ada yang bersikap kontra bahkan melarang. "Mungkin saja kontradiksi ini muncul akibat perbedaan sudut pandang," jelasnya.

Menurut Prof. Asdi yang terus aktif berdakwah menyatakan bahwa beda antara Iman dan Musrik tipis sekali. "Sekedar contoh bahwa orang menjalankan Ibadah Sholat itu Iman. Tetapi kalau Sholat dikerjakan dengan hati dan pikiran tidak tertuju kepada Allah semata, bukankah itu syirik?" jelas Asdie lebih lanjut. Analogi lain adalah tindakan medis berupa tindakan operasi . Ketika orang tersebut meyakini bahwa dia sembuh berkat operasi , ini sama artinya dengan musrik. Yang benar dia sembuh oleh Allah melalui jalan operasi, apakah operasi cesar, bedah jantung dan sebagainya.

Demikian pula dengan Reiki. Ketika orang menyatakan diri sembuh karena Reiki, ini sama artinya dengan musrik. Orang harus sadar bahwa yang berhak menyembuhkan sakitnya adalah Allah melalui jalan Reiki. Karena beda antara iman dan musrik tipis maka di sinilah sering muncul keraguan orang terhadap Reiki. Demikian pula orang yang menyangka bahwa keyakinan tentang Islam akan goyah ketika mengikuti Reiki itu adalah salah besar. "Orang bisa saja menyangka bahwa Reki adalah sebuah agama, padahal kenyataan bukan." jelasnya lebih lanjut.

Pak Asdi lebih lanjut menegaskan agama dan ilmu agama itu sangat beda. Karena itu ia menekankan bahwa orang harus sadar bahwa Reiki bukan agama baru, tetapi dia ( Reiki ) adalah ilmu agama yang dilewatkan orang Tibet di Pegunungan Himalaya dan disebarluaskan oleh Reiki Master. Ilmu Agama itu bisa dipelajari oleh siapa saja sama seperti halnya ilmu-ilmu lain di dunia pendidikan. Sementara simbol Reiki sendiri yang biasa digunakan dalam Reiki bukanlah jimat, tetapi sebuah cara yang digunakan atas izin Allah.

Terakhir yang penting adalah Reiki memberikan manfaat yang positif. Dalam mendapatkan manfaat ini, paling penting adalah pasrah atau berserah diri kepada Allah dengan menghilangkan segala macam dengki dan sakit hati demi kedamaian diri dan orang lain. "Bukankah di mana Islam berada ditempat itu kedamaian tercipta?" ujarnya mengakhiri pembicaraan ini.

"Sekali lagi ditegaskan bahwa Reiki pada dasarnya adalah kegiatan mengakses energi alam semesta atau energi Ilahi (Reiki) untuk disalurkan kepada diri sendiri atau orang lain ( pasien ) yang membutuhkan, yang semua itu harus dilakukan dengan penuh kepasrahan...pasrah...pasrah. Pasrah yang diajarkan dalam Reiki juga sama seperti kepasrahan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang safatnya kepasrahan total," timpal Ustadz M. Maktub Wachkis dari Magelang yang juga menjadi praktisi Reiki setelah dirinya sembuh atas pertolongan Allah melalui Reiki. Pak Ustad ini sebelumnya sakit vertigo, maag akut, bronchitis asmatis dan rasa linu di kedua kaki yang membuat dia harus keluar masuk rumah sakit. Setelah mencoba terapi Reiki ada perubahan dalam fisiknya menuju kesembuhan, lalu beliau memutuskan untuk menjadi Praktisi Reiki. Saat ini beliau di samping berdakwah juga membantu sesama dalam penyembuhan metode Reiki. Nah, alangkah indahnya hidup ini bila kita saling menyayangi satu sama lain tanpa pamrih dan bersedia membantu sesama tanpa diminta.

18 Maret 2010

LATIFAH..berhubungan dengan CAKRA

Alaoddawleh Semnani - the seven latif
A much more developed doctrine of lataif was formulated by the 13th/14th century Persian Sufi Alaoddawleh Semnani. Linking the seven prophets of the Koran with the mystical physiology of seven latifa, Semnani referred to seven grades of being which constitute the ascent of the soul to the Godhead. These are the latifah qalibiyya, the mould (= the theosophical "etheric body") or "Adam of one's being", black or dark-grey in colour; the latifah nafsiyya, the vital senses and animal soul, the "Noah of one's being", blue in colour; the latifah qalbiyya, the spiritual Heart, the "Abraham of one's being", red in colour; the latifah sirriyya, the Secret, the edge of superconsciousness and stage of spiritual monologues (c.f,. the Throat Chakra) or "Moses of one's being", white in colour; the latifah ruhiyya, the Spirit which is the vice-regent of God (c.f. Ajna = "Command" chakra), the "David of one's being", yellow in colour; the latifah khafiya or organ of spiritual inspiration, the "Jesus of one's being", luminous black in colour; and finally the latifah haqiqa, the Divine Centre or Eternal Seal, the "Mohammed of one's being", emerald green, this being the sacred colour of Islam.
It would seem that Semnani's latifa have a double meaning: they refer both to psychic centres (=chakras) and to a succession of subtle bodies (Sanskrit kosha, Greek okhema) or levels of self. It is interesting that some modern clairvoyant and theosophical writers, who are totally ignorant of this particular Sufi teaching, also match up the seven chakras with seven bodies or levels of self (e.g. according to Barbara Brennan the base or Muladhara chakra corresponds to the etheric body, the second or Swadhishthana chakra to the emotional body, and so on), and also to colours (usually a rainbow sequence from red through to violet). Even though the two sets of correspondences are quite distinct, the principle of their equivalence is nevertheless quite similiar.

17 Maret 2010

DAFTAR SEKARANG.....


Setelah sukses dengan Workshop HypnoReiki 1 dan 2....dibuka HypnoReiki Batch III Minggu 11 April 2010. Daftarkan diri anda sekarang....

07 Maret 2010

Peserta HypnoReiki II

HypnoReiki II



Selamat bagi anda yang telah mengikuti workshop HypnoReiki angkatan II semog dapat memberi manfaat bagi diri sendiri,keluarga dan seluruh isi alam semesta.....